By : Putri Handayani
“Malam
chiko, hari ini aku satu kelompok praktikum sama dia, rasanya tuh grogi banget,
pipi aku merah padam seperti buah tomat, lidah ini kelu, bawaannya tuh salting,
pokoknya aku seneeng banget hari ini, ooh iya chiko hari ini baju kita samaan
loh, sama-sama pake batik warna coklat, Hhiii :D tapi chiko… aku bingung deh
sama sikapnya tadi, kok dia tumben-tumbennya yah perhatian banget sama aku…
hhmzz but over all buat hari ini indah bangeet….” Tulisku kepada chiko teman dunia
mayaku.
***
Hari
itu hujan, akibatnya banyak mahasiswa yang telat masuk kuliah begitu pula
dengannya. Namanya Raka, ia duduk dipojok dekat jendela dengan kacamata minus
yang bertengger di wajahnya, senyuman yang hangat dari bibirnya cukup membuatku
semangat kuliah hari ini. Ia sosok pemuda yang sangat gemar membaca, menulis,
dan berdiskusi. Ketika ia berbicara, mengungkapkan sebuah argument dan
sejenisnya aku selalu tersihir olehnya, seakan melayang jauh entah kemana, tak
dapat diungkapkan, namun sangat terasa di jiwa. Dan kini dengan prinsip barunya
itu membuat dirinya mendapat nilai lebih di mataku dibandingkan yang lain.
Tiba-tiba
saat pak dosen mambacakan anggota kelompok siang itu, aku kembali satu kelompok
dengannya, chiko apa yang harus aku lakukan?? Mata ini tak sanggup untuk
memandangnya, lidah ini seketika kelu dan terasa ada sesuatu yang mengalir dari
hatiku. Hasilnya kelompok kami membagi-bagi tugas agar cepat selesai, dan lagi-lagi aku satu bagian
dengannya, chiko… kenapa semuanya serba kebetulan?? Hari itu juga, sehabis
pulang kampus kami janji bertemu untuk mengerjakan tugas di area wifi
kampus…berdua dan hanya berdua, oohh chiko bagaimana mungkin aku bisa
melakukannya?? Semenjak kejadian itu, kami sangat dekat, bahkan dekat sekali.
Suatu
ketika, ia menemukan buku agenda ku, segala sesuatu yang kutulis, ku gores
tertuang disana, dan ia tak sengaja membacanya, namun apa yang ia katakan
kepadaku “han, makasih banget untuk semuanya, makasih banget untuk sesuatu yang
paling berharga, jika hati ini masih dapat ku ubah akan kuubah semuanya hanya
untukmu, tapi maaf han lagi-lagi hati ini sudah memilih dan itu bukan kamu,
kita bisa menjadi sahabat jika mau, dan jangan pernah nodai persahabatan kita
yah?” sungguh hati ini sakit, sangat sakit, malu, amat malu, tapi apa lagi yang
harus aku lakukan?? Semuanya sudah terjadi seperti ini… chiko apakah ini akhir
dari segalanya?? Segala tentang cintaku padanya?? Chiko kenapa akhirnya seperti
ini?
Kembali
aku buka laptopku dan mulai menulis pesan kepada chiko “chiko… hari ini dia
mengungkapkan perasaannya, rasanya aku benar-benar malu, ingin terjun dari
puncak bromo saja, atau bahkan tenggelam di luasnya samudra pasifik, rasanya
sakit chiko… dan kunyatakan hari ini cintaku telah mati, hati ini telah hampa..
:’(“
“hujan
akan menghapus segala sakitmu, segalanya pasti ada hikmahnya, disetiap air mata
yang jatuh dari matamu pasti berbuah senyuman dari bibirmu, karna katanya itu
pasti akan ada pelangi kan sehabis badai? Move on… cwo itu bukan hanya dia di
dunia ini, masih banyak ikan dilautan, masih banyak yang menanti kamu, termasuk
aku, hhiiiiiii” tulis chiko yang seperti biasa suka sekali meledekku.
Berkat
chiko, aku sudah tidak menangis lagi, sudah tidak memikirkannya lagi, chiko
memang the best banget deh, walau ia hanya teman dunia mayaku, walau aku
sendiri belum pernah bertemu dengannya, entah kenapa rasanya aku sangat dekat
sekali dengannya.
***
Dosen
menutup power pointnya yang berarti selesai juga kuliah untuk hari ini, saat
aku ingin makan bersama teman-temanku, raka menghampiriku untuk mengajak makan
bersama, tanpa curiga akhirnya kuputuskan untuk makan bersamanya, raka
mengajakku ke tempat biasa kita makan, tapi rasanya beda kali ini, rasanya
untuk menatap matanya itu, seakan tak sanggup rasanya begitu sakit, untuk
melihat senyumnya rasanya ingin menangis saja. Tanpa tersadar air mata ini
jatuh, dan rakapun melihatnya..
“han,
kamu knapa??” Tanya raka bingung, aku menggeleng menghapus air mataku dengan
tangan dan mencoba kembali tersenyum, rakapun membalas senyumku dan berkata
“hujan akan menghapus semua rasa sakitmu han J, percaya deh” pikiranku saat raka selesai
berkata seperti itu, aku langsung teringat pada chiko, kenapa kata-katanya sama
kaya chiko?? Aahh… apa kata-kata seperti itu sangat murahan yah…abaikan.
“aku
ga sakit kok” jawabku singkat, “mau seperti apapun kamu menyembunyikan
kelihatan kok dari matamu han… maaf yah han sudah membuatmu sakit, someday akan
aku ungkapkan sesuatu rahasia yang selama ini tersimpan diantara kita berdua J“ ujar raka membuatku
penasaran. Setelah makan siang itu, raka tak pernah lagi mengajakku makan
bareng, jika ketemu pun hanya saling sapa, tak ada sms maupun telpon dari HP
nya, dan saat ini yang kupunya hanya chiko. Chiko yang selalu menemaniku hingga
aku lulus kuliah.
***
“Pagi
ini ada apa yah? Mengapa rasanya ramai betul dirumahku, apa ada saudara jauh
yang datang? Atau ada apa yah??“ tukasku dalam hati saat mendengar keramaian,
aku segera mencari tahu kenapa sebabnya, kata adikku haris temanku ada yang
datang, waah kok bisa aku tidak tahu itu, saat kuintip, ternyata itu raka. Mau
apa dia ke rumahku?? Apa dia hanya ingin membuka luka ini lagi, aku langsung
menghampirinya dan bertanya maksud kedatangannya, ia hanya tersenyum dan
meminta izin kepada ayahku untuk berbicara berdua denganku, “han, seneng deh
ngeliat kamu sekarang sudah baik-baik saja, han dulu aku pernah janji kan sama
kamu mau kasih tau kamu sesuatu, nah sekarang aku rasa saatnya aku harus kasih
tau kamu itu han, kamu masih inget saat aku bilang ‘disetiap air mata yang
jatuh dari matamu pasti berbuah senyuman dari bibirmu, karna pasti akan ada
pelangi sehabis badai’??” jelas raka panjang lebar. Jawabku hanyalah “chiko”
dan raka hanya tersenyum.
“Sebelumnya,
maaf kalau selama ini aku lebih memilih menjadi chiko untukmu, karna aku tak
ingin menodai hatimu, karna aku ingin menjaga dirimu dan kesucian cintamu, dan
sekarang sudah saatnya aku bukan lagi menjadi teman dunia mayamu, juga bukan lagi
sebagai teman satu kelasmu, aku kesini ingin memintamu dari ayahmu, memintamu
untuk selalu berada di sampingku, berjuang bersama, melewati hari-hari bersama,
membangun peradaban, dan takkan pernah lelah untuk terus berjuang menantang
hari” jelasnya lagi. Sungguh aku tak tahu apa yang akan aku katakan, apa yang
akan aku lakukan, air mata ini menetas kembali, bukan karna sakit dan sedih,
tapi karna aku bahagia, akhirnya cinta pertamaku akan menjadi cinta terakhirku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar