Selasa, 22 Januari 2013

My First Love


By : Putri Handayani
“Malam chiko, hari ini aku satu kelompok praktikum sama dia, rasanya tuh grogi banget, pipi aku merah padam seperti buah tomat, lidah ini kelu, bawaannya tuh salting, pokoknya aku seneeng banget hari ini, ooh iya chiko hari ini baju kita samaan loh, sama-sama pake batik warna coklat, Hhiii :D tapi chiko… aku bingung deh sama sikapnya tadi, kok dia tumben-tumbennya yah perhatian banget sama aku… hhmzz but over all buat hari ini indah bangeet….” Tulisku kepada chiko teman dunia mayaku.
***
Hari itu hujan, akibatnya banyak mahasiswa yang telat masuk kuliah begitu pula dengannya. Namanya Raka, ia duduk dipojok dekat jendela dengan kacamata minus yang bertengger di wajahnya, senyuman yang hangat dari bibirnya cukup membuatku semangat kuliah hari ini. Ia sosok pemuda yang sangat gemar membaca, menulis, dan berdiskusi. Ketika ia berbicara, mengungkapkan sebuah argument dan sejenisnya aku selalu tersihir olehnya, seakan melayang jauh entah kemana, tak dapat diungkapkan, namun sangat terasa di jiwa. Dan kini dengan prinsip barunya itu membuat dirinya mendapat nilai lebih di mataku dibandingkan yang lain.
Tiba-tiba saat pak dosen mambacakan anggota kelompok siang itu, aku kembali satu kelompok dengannya, chiko apa yang harus aku lakukan?? Mata ini tak sanggup untuk memandangnya, lidah ini seketika kelu dan terasa ada sesuatu yang mengalir dari hatiku. Hasilnya kelompok kami membagi-bagi tugas agar  cepat selesai, dan lagi-lagi aku satu bagian dengannya, chiko… kenapa semuanya serba kebetulan?? Hari itu juga, sehabis pulang kampus kami janji bertemu untuk mengerjakan tugas di area wifi kampus…berdua dan hanya berdua, oohh chiko bagaimana mungkin aku bisa melakukannya?? Semenjak kejadian itu, kami sangat dekat, bahkan dekat sekali.
Suatu ketika, ia menemukan buku agenda ku, segala sesuatu yang kutulis, ku gores tertuang disana, dan ia tak sengaja membacanya, namun apa yang ia katakan kepadaku “han, makasih banget untuk semuanya, makasih banget untuk sesuatu yang paling berharga, jika hati ini masih dapat ku ubah akan kuubah semuanya hanya untukmu, tapi maaf han lagi-lagi hati ini sudah memilih dan itu bukan kamu, kita bisa menjadi sahabat jika mau, dan jangan pernah nodai persahabatan kita yah?” sungguh hati ini sakit, sangat sakit, malu, amat malu, tapi apa lagi yang harus aku lakukan?? Semuanya sudah terjadi seperti ini… chiko apakah ini akhir dari segalanya?? Segala tentang cintaku padanya?? Chiko kenapa akhirnya seperti ini?
Kembali aku buka laptopku dan mulai menulis pesan kepada chiko “chiko… hari ini dia mengungkapkan perasaannya, rasanya aku benar-benar malu, ingin terjun dari puncak bromo saja, atau bahkan tenggelam di luasnya samudra pasifik, rasanya sakit chiko… dan kunyatakan hari ini cintaku telah mati, hati ini telah hampa.. :’(“
“hujan akan menghapus segala sakitmu, segalanya pasti ada hikmahnya, disetiap air mata yang jatuh dari matamu pasti berbuah senyuman dari bibirmu, karna katanya itu pasti akan ada pelangi kan sehabis badai? Move on… cwo itu bukan hanya dia di dunia ini, masih banyak ikan dilautan, masih banyak yang menanti kamu, termasuk aku, hhiiiiiii” tulis chiko yang seperti biasa suka sekali meledekku.
Berkat chiko, aku sudah tidak menangis lagi, sudah tidak memikirkannya lagi, chiko memang the best banget deh, walau ia hanya teman dunia mayaku, walau aku sendiri belum pernah bertemu dengannya, entah kenapa rasanya aku sangat dekat sekali dengannya.
***
Dosen menutup power pointnya yang berarti selesai juga kuliah untuk hari ini, saat aku ingin makan bersama teman-temanku, raka menghampiriku untuk mengajak makan bersama, tanpa curiga akhirnya kuputuskan untuk makan bersamanya, raka mengajakku ke tempat biasa kita makan, tapi rasanya beda kali ini, rasanya untuk menatap matanya itu, seakan tak sanggup rasanya begitu sakit, untuk melihat senyumnya rasanya ingin menangis saja. Tanpa tersadar air mata ini jatuh, dan rakapun melihatnya..
“han, kamu knapa??” Tanya raka bingung, aku menggeleng menghapus air mataku dengan tangan dan mencoba kembali tersenyum, rakapun membalas senyumku dan berkata “hujan akan menghapus semua rasa sakitmu han J, percaya deh” pikiranku saat raka selesai berkata seperti itu, aku langsung teringat pada chiko, kenapa kata-katanya sama kaya chiko?? Aahh… apa kata-kata seperti itu sangat murahan yah…abaikan.
“aku ga sakit kok” jawabku singkat, “mau seperti apapun kamu menyembunyikan kelihatan kok dari matamu han… maaf yah han sudah membuatmu sakit, someday akan aku ungkapkan sesuatu rahasia yang selama ini tersimpan diantara kita berdua J“ ujar raka membuatku penasaran. Setelah makan siang itu, raka tak pernah lagi mengajakku makan bareng, jika ketemu pun hanya saling sapa, tak ada sms maupun telpon dari HP nya, dan saat ini yang kupunya hanya chiko. Chiko yang selalu menemaniku hingga aku lulus kuliah.
***
“Pagi ini ada apa yah? Mengapa rasanya ramai betul dirumahku, apa ada saudara jauh yang datang? Atau ada apa yah??“ tukasku dalam hati saat mendengar keramaian, aku segera mencari tahu kenapa sebabnya, kata adikku haris temanku ada yang datang, waah kok bisa aku tidak tahu itu, saat kuintip, ternyata itu raka. Mau apa dia ke rumahku?? Apa dia hanya ingin membuka luka ini lagi, aku langsung menghampirinya dan bertanya maksud kedatangannya, ia hanya tersenyum dan meminta izin kepada ayahku untuk berbicara berdua denganku, “han, seneng deh ngeliat kamu sekarang sudah baik-baik saja, han dulu aku pernah janji kan sama kamu mau kasih tau kamu sesuatu, nah sekarang aku rasa saatnya aku harus kasih tau kamu itu han, kamu masih inget saat aku bilang ‘disetiap air mata yang jatuh dari matamu pasti berbuah senyuman dari bibirmu, karna pasti akan ada pelangi sehabis badai’??” jelas raka panjang lebar. Jawabku hanyalah “chiko” dan raka hanya tersenyum.
“Sebelumnya, maaf kalau selama ini aku lebih memilih menjadi chiko untukmu, karna aku tak ingin menodai hatimu, karna aku ingin menjaga dirimu dan kesucian cintamu, dan sekarang sudah saatnya aku bukan lagi menjadi teman dunia mayamu, juga bukan lagi sebagai teman satu kelasmu, aku kesini ingin memintamu dari ayahmu, memintamu untuk selalu berada di sampingku, berjuang bersama, melewati hari-hari bersama, membangun peradaban, dan takkan pernah lelah untuk terus berjuang menantang hari” jelasnya lagi. Sungguh aku tak tahu apa yang akan aku katakan, apa yang akan aku lakukan, air mata ini menetas kembali, bukan karna sakit dan sedih, tapi karna aku bahagia, akhirnya cinta pertamaku akan menjadi cinta terakhirku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar