Setiap
hari kutelusuri jalan ini, 2 bahkan 3 kali sehari. Memandang lingkungan sekitar
yang masih apa adanya. Udara yang sejuk, pepohonan yang rindang, Aroma kayu
bakar, ayam yang lalu lalang, kicauan burung di selip-selip pepohonan, warga
sekitar yang penuh kehangatan dan ramah, bapak-bapak yang
menenteng cangkulnya
untuk menggarap sawah, seorang nenek yang setia membuat sapu lidi dengan bahan
dasar daun kelapa yang sudah mengering, segerombolan ibu2 yang sibuk mencuci di
aliran sungai terdekat, yang sedang menyapu halaman rumahnya, atau menyuapi
buah hatinya yang lucu. Ku telusuri pagi yang indah bersama adik-adik SD yang
riang dan penuh keceriaan menuju sekolahnya. Sungguh kealamian inilah yang
sulit ku temukan dilingkungan rumahku.
Segalanya
berbeda, disini semua orang sibuk dengan profesinya masing2, yang terdengar
hanya suara kendaraan bermotor saja, dan asap serta kebisingan yang di
tinggalkannya, tingkat keegoisan yang tinggi, tak ada interaksi antar warga,
yang terlihat hanya kesibukan dan kesibukan. Ku coba merenungi semuanya dan
bersikeras berfikir, apa yang salah?? apa yang telah mereka lupakan untuk
menjaga silaturahmi antar tetangga?? Mencoba berbaur dan memperbaiki segalanya
tapi hasilnya nihil, terlihat freak di depan mereka.
Berbicara
tentang hidup, segalanya adalah pilihan, tergantung diri kita masing-masing
memandang kehidupan itu seperti apa. Dalam kacamataku kehidupan adalah sebuah
permainan, dimana yang kuat adalah pemainnya dan yang lemah adalah bonekanya.
Aku sadar, aku hanya seorang anak perempuan biasa namun aku selalu berusaha
untuk menjadi yang luar biasa, untuk menjadi seorang pemain bukan hanya seorang
boneka. Ibarat Negara pemerintah adalah pemainnya, dan rakyat jelata adalah
bonekanya yang siap diperlakukan secara tidak adil. Suatu senja saat aku
berjalan seorang diri, aku tersirat dan termotivasi bahwa suatu saat nanti, 5
atau 8 tahun lagi aku akan menginjakkan kakiku di gedung MPR-DPR RI untuk
menjadi wakil rakyat yang benar-benar mau mendengarkan aspirasi, keluh kesah dan
selalu menjaga amanah yang diberikan oleh rakyat. Menegakkan keadilan dan
mengubah sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “hukum itu ibarat pisau yang
tajam dibawah namun tumpul di atas” menjadi seperti semula “hukum itu tidak
pandang bulu, mau kaya atau miskin”.
Dalam
umurku yang sudah kepala dua ini, apa yang telah aku berikan kepada Negara
tercinta ini?? Hanya senyum hampa yang dapat aku lakukan. Apa yang sudah aku
lakukan untuk membahagiakan kedua orang tuaku dan membuat senyuman di wajah
mereka?? Aku tertunduk lesu, mengingat setiap kejadian dan setelah aku pikir
berulang kali nyatanya tak ada, tak ada satu moment pun yang menurutku dapat
membuat senyuman di wajah mereka, tak ada satu moment pun yang sebanding dengan
pengorbanan mereka. Mama, Papa… mungkin saat ini aku hanya seorang anak yang
masih bergelut di ruyamnya bangku perkuliahan, aku sadar aku bukan apa-apa,
namun suatu saat nanti, dunia akan berada di genggaman tanganku, dan saat itu
juga aku berjanji aku tak hanya akan membuat senyum di wajah kalian saja namun
senyuman pada negri ini, tak hanya senyum kosong, namun senyuman yang penuh
kebanggaan karna aku adalah anakmu.
Kadang
aku berfikir, tentang pandangan orang tentang status mahasiswa, organisator
atau yang kerap kali di sebut sebagai aktivis kampus. Mahasiswa yang katanya
orang terpelajar, yang katanya agent of change tapi buktinya??? Sibuk bergulat
dengan akademik nya, sibuk dengan pikiran dan hobbi nya. Hmmzz… apa oknum
mahasiswa tersebut peduli dengan nasib bangsa, nasib rakyat Indonesia padahal
oknum mahasiswa tersebut juga rakyat Indonesia bukan?? Saat diri ini berdiri di
tengah barisan kawan-kawan mahasiswa Seluruh Indonesia, hati ini tergetar,
terenyuh, jiwa ini bergelora, jiwa ini bergejolak untuk menegakkan keadilan
negri, untuk siap selalu membrontak dengan semua lika-liku permasalahan di
negri ini. Semangat ini, semangat kawan-kawan demonstran lain, yang tidak akan
pernah lelah, tidak akan pernah padam, kami dengan bangga, dengan semangat ’45
akan terus membangun bangsa ini menjadi lebih baik.
Aku tak
peduli apa yang acap kali orang-orang katakan tentangku, karna aku bukan
mereka, dan mereka bukan aku, terlihat egois namun adakalanya kita memang harus
mengbaikan omongan-omongan yang dapat menghambat jalan kita. Ini adalah hidupku,
jalan pilihanku, dan ini adalah ceritaku… bagaimana ceritamu???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar