Selasa, 30 Oktober 2012

prolog


Setiap hari kutelusuri jalan ini, 2 bahkan 3 kali sehari. Memandang lingkungan sekitar yang masih apa adanya. Udara yang sejuk, pepohonan yang rindang, Aroma kayu bakar, ayam yang lalu lalang, kicauan burung di selip-selip pepohonan, warga sekitar yang penuh kehangatan dan ramah, bapak-bapak yang
menenteng cangkulnya untuk menggarap sawah, seorang nenek yang setia membuat sapu lidi dengan bahan dasar daun kelapa yang sudah mengering, segerombolan ibu2 yang sibuk mencuci di aliran sungai terdekat, yang sedang menyapu halaman rumahnya, atau menyuapi buah hatinya yang lucu. Ku telusuri pagi yang indah bersama adik-adik SD yang riang dan penuh keceriaan menuju sekolahnya. Sungguh kealamian inilah yang sulit ku temukan dilingkungan rumahku.
Segalanya berbeda, disini semua orang sibuk dengan profesinya masing2, yang terdengar hanya suara kendaraan bermotor saja, dan asap serta kebisingan yang di tinggalkannya, tingkat keegoisan yang tinggi, tak ada interaksi antar warga, yang terlihat hanya kesibukan dan kesibukan. Ku coba merenungi semuanya dan bersikeras berfikir, apa yang salah?? apa yang telah mereka lupakan untuk menjaga silaturahmi antar tetangga?? Mencoba berbaur dan memperbaiki segalanya tapi hasilnya nihil, terlihat freak di depan mereka.
Berbicara tentang hidup, segalanya adalah pilihan, tergantung diri kita masing-masing memandang kehidupan itu seperti apa. Dalam kacamataku kehidupan adalah sebuah permainan, dimana yang kuat adalah pemainnya dan yang lemah adalah bonekanya. Aku sadar, aku hanya seorang anak perempuan biasa namun aku selalu berusaha untuk menjadi yang luar biasa, untuk menjadi seorang pemain bukan hanya seorang boneka. Ibarat Negara pemerintah adalah pemainnya, dan rakyat jelata adalah bonekanya yang siap diperlakukan secara tidak adil. Suatu senja saat aku berjalan seorang diri, aku tersirat dan termotivasi bahwa suatu saat nanti, 5 atau 8 tahun lagi aku akan menginjakkan kakiku di gedung MPR-DPR RI untuk menjadi wakil rakyat yang benar-benar mau mendengarkan aspirasi, keluh kesah dan selalu menjaga amanah yang diberikan oleh rakyat. Menegakkan keadilan dan mengubah sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “hukum itu ibarat pisau yang tajam dibawah namun tumpul di atas” menjadi seperti semula “hukum itu tidak pandang bulu, mau kaya atau miskin”.
Dalam umurku yang sudah kepala dua ini, apa yang telah aku berikan kepada Negara tercinta ini?? Hanya senyum hampa yang dapat aku lakukan. Apa yang sudah aku lakukan untuk membahagiakan kedua orang tuaku dan membuat senyuman di wajah mereka?? Aku tertunduk lesu, mengingat setiap kejadian dan setelah aku pikir berulang kali nyatanya tak ada, tak ada satu moment pun yang menurutku dapat membuat senyuman di wajah mereka, tak ada satu moment pun yang sebanding dengan pengorbanan mereka. Mama, Papa… mungkin saat ini aku hanya seorang anak yang masih bergelut di ruyamnya bangku perkuliahan, aku sadar aku bukan apa-apa, namun suatu saat nanti, dunia akan berada di genggaman tanganku, dan saat itu juga aku berjanji aku tak hanya akan membuat senyum di wajah kalian saja namun senyuman pada negri ini, tak hanya senyum kosong, namun senyuman yang penuh kebanggaan karna aku adalah anakmu.
Kadang aku berfikir, tentang pandangan orang tentang status mahasiswa, organisator atau yang kerap kali di sebut sebagai aktivis kampus. Mahasiswa yang katanya orang terpelajar, yang katanya agent of change tapi buktinya??? Sibuk bergulat dengan akademik nya, sibuk dengan pikiran dan hobbi nya. Hmmzz… apa oknum mahasiswa tersebut peduli dengan nasib bangsa, nasib rakyat Indonesia padahal oknum mahasiswa tersebut juga rakyat Indonesia bukan?? Saat diri ini berdiri di tengah barisan kawan-kawan mahasiswa Seluruh Indonesia, hati ini tergetar, terenyuh, jiwa ini bergelora, jiwa ini bergejolak untuk menegakkan keadilan negri, untuk siap selalu membrontak dengan semua lika-liku permasalahan di negri ini. Semangat ini, semangat kawan-kawan demonstran lain, yang tidak akan pernah lelah, tidak akan pernah padam, kami dengan bangga, dengan semangat ’45 akan terus membangun bangsa ini menjadi lebih baik.
Aku tak peduli apa yang acap kali orang-orang katakan tentangku, karna aku bukan mereka, dan mereka bukan aku, terlihat egois namun adakalanya kita memang harus mengbaikan omongan-omongan yang dapat menghambat jalan kita. Ini adalah hidupku, jalan pilihanku, dan ini adalah ceritaku… bagaimana ceritamu???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar